BANDUNG, BEDAnews – Tak ada yang tak mungkin jika semua warga saling mendukung dan mau terus belajar menjaga lingkungan. Seperti RW 02 Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, 75 persen warganya berhasil mengolah sampah di rumah masing-masing.
Penggeraknya adalah Deny Sukirman, Ketua RW 02 Sukamiskin. Ia menggerakkan warganya untuk melaksanakan Kang Pisman sejak tahun 2020.
“Bukan hanya Kang Pisman, kami juga ada Buruan Sae. Jadi ada peternakan ayam, kebun, dan ada kolam ikan lele. Prinsipnya Waste to food, integrasi dari pengolahan sampah,” jelas Deny seusai sosialisasi Kang Pisman di SOR Arcamanik, Minggu 21 Mei 2023.
Tahap pertama ia mensosialisasikan Kang Pisman kepada petugas sampah di RT RW, ibu-ibu PKK, dan karang taruna. Lalu, menyediakan fasilitas ember sampah dan jadwal pengangkutan sampah oleh petugas.
“Kita sediakan lima ember untuk satu rumah. Sampah yang sudah terkumpul, diangkut ke TPS. Sistem pengolahan sampah organiknya dengan Black Soldier Fly (BSF),” jelasnya.
Agar semakin semangat, ada reward kepada warga yang rajin dan rutin mengolah sampah, yakni mendapatkan satu ekor ayam.
Usaha ini pun berbuah manis. Berdasarkan catatan RW 02 Sukamiskin, sebanyak 276 KK dari 368 KK sudah berhasil memilah sampah dengan baik.
Sampah organik rata-rata yang dihasilkan di wilayah tersebut sebanyak 150 kg/hari. 100 kg sampah per hari diolah dengan sistem maggot dan pengomposan. Lalu 50 kg sisanya diangkut tim DLH.
“Sampah anorganik 5 kg/hari di manfaatkan kembali. Sehingga jumlah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali sebanyak 105 kg/hari atau 3.150 kg/bulan,” paparnya.
Namun, ia mengakui salah satu kendala dalam mengolah sampah adalah sampah residu seperti kaca, pecahan lampu, termasuk plastik-plastik. Sebab untuk pengolahan sampah residu itu pihaknya belum memiliki sarananya seperti mesin atau apapun yang bisa mengolah sampah sampai habis.
“Ada juga dekat wilayah kami yang mengolah sampah residu itu dengan sistem pembakaran secara manual. Tapi ternyata setelah dicoba, belum tepat di lingkungan kami karena wilayahnya terlalu padat penduduk. Khawatir nanti malah berdampak negatif pada lingkungan, padahal niat awalnya justru ingin mengolah sampah tapi malah menyembuhkan masalah lain,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap bisa berkolaborasi dengan RW yang mempunyai sarana untuk mengolah sampah residu dengan lebih baik.
“Kalau semua RW bisa berproses, bertindak, membantu penanganan sampah dari mulai warga dan pengurusnya bisa mengurangi sampah, sehingga produksi sampah yang dihasilkan tidak lagi dibuang ke TPS bahkan ke TPA. Saya yakin pasti sampah di Kota Bandung pada akhirnya akan selesai. Lingkungan lebih bersih, lebih segar, dan lebih sejuk,” harapnya.**