Sementara *AI Based Proctoring* bisa mengenali wajah, gerakan, atau tindakan tidak wajar, seperti membuka perangkat lain atau kehadiran orang lain di depan kamera, tanpa memerlukan intervensi manusia. Teknologi ini memantau peserta selama tes berlangsung dan mampu mendeteksi indikasi kecurangan secara real time termasuk jika peserta dibantu pihak lain, membuka jendela lain di layar, atau melakukan kontak luar layar.
“Bukan hanya hasil tes, proses kandidat mengikuti tes pun menjadi hal penting yang perlu menjadi perhatian. Jika dari awal kandidat atau peserta tes sudah mencoba melakukan kecurangan, integritas dan kredibilitasnya pun perlu dipertanyakan,” lanjut Kartika Amelia.
Teknologi ini menjadi andalan HCC dalam menjaga kualitas dan integritas proses seleksi digital yang sangat menentukan keberhasilan proses rekrutmen. Laporan Harvard Business Review (2023) menyebutkan bahwa, 30-50% karyawan baru gagal bertahan lebih dari 18 bulan yang sudah terlihat dalam 3-6 bulan pertama. Kegagalan itu disebabkan oleh proses rekrutmen yang terburu-buru dan kurangnya penilaian mendalam terhadap karakter serta kompetensi teknis kandidat. Sementara Riset LinkedIn Workforce Confidence (2024) mengungkap bahwa, Perusahaan dengan proses seleksi yang ketat dan terkontrol mengalami 50% lebih sedikit turnover pada karyawan baru. Karena, karyawan yang melalui proses seleksi yang tepat cenderung lebih siap menghadapi tantangan di bulan-bulan awal masa kerja.











