Oleh: Enah Sukaenah
Perayaan Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang selalu dinantikan oleh umat muslim setiap tahunnya. Bagi sebagian masyrakat serasanya tidak apdol bila saat lebaran tidak disertai dengan yang namanya Ketupat (Kupat dalam bahasi Panawangan). Hidangan ketupat pun selalu hadir dan identik dengan lebaran Lantas Ketupat saat lebaran biasanya dihidangkan dengan opor dan sambal goreng ketang pete. Pertanyaannya mengapa lebaran identik dengan ketupat ?, sebenarnya ada maksud dan nilai filosofinya.
Pertama: Menurut Slamet Mulyono dalam ‘Kamus Pepak Basa Jawa’, kata ketupat berasal dari kupat, yang banyak digunakan oleh masyarakat Sunda dan Jawa, dengan artis ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Makanan Lebaran yakni ketupat adalah hidangan khas yang ikonik bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Ketupat merupakan makanan tradisional yang berbahan dasar beras yang dimasak dengan cara direbus di dalam anyaman janur.
Kedua: Ketupat berasal dari kata kupat dan memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksud antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri). Selanjutnya isian beras pada ketupat dilambangkan sebagai hawa nafsu. Daun kelapa muda atau janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati (hati nurani). Jika digabungkan, ketupat memiliki arti manusia yang menahan nafsu dengan mengikuti hati nurani. Meski ketupat identik dengan tradisi lebaran, ternyata ketupat sudah digunakan sebagai upacara adat sejak zaman kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Ketupat juga digunakan sebagai upacara syukur pada tradisi Sekaten maupun Grebeg Maulud.
Ketiga: Menurut beberapa sumber, konon yang mempelopori dan memperkenalkan ketupat kali pertama pada masyarakat Jawa adalah Sunan Kalijaga. Saat itu Sunan Kalijaga memperkenalkan budaya 2 kali Bakda, yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang waktunya dimulai seminggu setelah lebaran. Arti Kata Ketupat Di dalam masyarakat Jawa, ketupat ini memiliki filosofi dan makna khusus. Ketupat atau kupat merupakan singkatan dari Ngaku Lepat (mengakui kesalahan) dan Laku Papat (empat tindakan). ( https://galuhvirtual, 2022). Meski menjadi santapan Lebaran, Fadly tidak memungkiri, sejarah ketupat bisa jadi berasal dari zaman Hindu-Budha di Nusantara. “Secara tertulis dalam prasasti yang diteliti oleh para ahli, tak disebut secara spesifikasi merujuk ke ketupat, tetapi indikasi makanan beras yang dibungkus nyiur sudah dilakukan sebelum masa pra-Islam,” jelas Fadly. Pada zaman pra-Islam, bahan makanan nyiur dan beras dijadikan sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai makanan oleh masyarakat zaman itu. Adapun masyarakat di Bali hingga saat ini menggunakan ketupat dalam ritual ibadah.
Keempat: Berdasarkan informasi yang dilansir dari berbagai sumber, tradisi ketupat ini berawal dari penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga memperkenalkan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Sebagai informasi, Bakda Kupat merupakan budaya yang dimulai satu minggu setelah lebaran. Pada hari itu, banyak masyarakat yang menganyam dan mempersiapkan hidangan ketupat. Biasanya ketupat diantarkan kepada kerabat yang lebih tua sebagai simbol kebersamaan. Sunan Kalijaga membagikan ketupat sebagai sarana untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Ini menjadi pendekatan budaya oleh Sunan Kalijaga untuk mengajak orang Jawa memeluk agama Islam. Secara perlahan, tradisi ketupat ini menjadi melekat di Indonesia sebagai hidangan lebaran. (Suara.com – 2022).
Kelima: Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak pimpinan Raden Fatah awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna “kiblat papat lima pancer,” sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat. Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa. Dalam perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara sebagai hidangan utama saat lebaran.
Lebih lanjut, makanan ketupat tidak hanya ditemukan di Indonesia, melainkan ditemukan di kawasan Asia Tenggara lainnya, khususnya negara yang penduduknya ada dari Suku Melayu. Di negara-negara tersebut, ketupat juga dijadikan sebagai salah satu sajian Hari Raya Idul Fitri.
Namun, di Kecamatan Panawangan, ketupat tidak hanya ada saat hari raya saja. Kupat Panawangan bisa ditemukan kapan saja tak tergantung momen seperti hari raya. Ketupat di daerah Panawangan sudah jadi bagian tradisi. Bahkan jadi makanan yang resepnya diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Sudah puluhan tahun, pembuat ketupat di Panawangan mempertahankan makanan khas Ciamis ini. Lalu apa bedanya dengan ketupat pada umumnya? Ketupat dari Panawangan Ciamis ini punya rasa khas yang berbeda dibanding ketupat dari daerah lainnya. Rasanya gurih, kenyal, dan selalu membuat orang ketagihan. Yang jelas ketupat Lebaran mejadi barokah bagi para pengrjin kupat di Panawangan Ciamis Jawa Barat.
Wallahu A’lam Bishowab
*Editor: A.Rusdiana
Penulis:
Enah Sukaenah M.Pd. Pengelola Kelompok Belajar (KOBER) PKBM Trensa Bhakti. Guru Taman Kanak Trensa Bhakti. Cinyasag Panawangan Kab. Ciamis. Dosen pada Program Studi Pendidikan Usia Dini Sekolah Tinggi Agama Islan Putera Galuh Ciamis.