• Home
  • REDAKSI
  • PEDOMAN MEDIA CYBER
Minggu, Mei 28, 2023
  • Login
Bedanews
Advertisement
  • News
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Ragam
  • Entertaint
  • TNI-POLRI
  • Profil
  • Jurnal
  • BEDAtv
No Result
View All Result
  • News
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Ragam
  • Entertaint
  • TNI-POLRI
  • Profil
  • Jurnal
  • BEDAtv
No Result
View All Result
Bedanews
No Result
View All Result

Home » Ada Apa Dengan Kupat Lebaran?

Ada Apa Dengan Kupat Lebaran?

Hargib by Hargib
28 April 2023
in Edukasi
0
0
SHARES
4
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Enah Sukaenah

Perayaan Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang selalu dinantikan oleh umat muslim setiap tahunnya. Bagi sebagian masyrakat serasanya tidak apdol bila saat lebaran tidak disertai dengan yang namanya Ketupat (Kupat dalam bahasi Panawangan). Hidangan ketupat pun selalu hadir dan identik dengan lebaran Lantas Ketupat saat lebaran biasanya dihidangkan dengan opor dan sambal goreng ketang pete. Pertanyaannya mengapa lebaran identik dengan ketupat ?, sebenarnya ada maksud dan nilai filosofinya.

Pertama: Menurut Slamet Mulyono dalam ‘Kamus Pepak Basa Jawa’, kata ketupat berasal dari kupat, yang banyak digunakan oleh masyarakat Sunda dan Jawa, dengan artis ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Makanan Lebaran yakni ketupat adalah hidangan khas yang ikonik bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Ketupat merupakan makanan tradisional yang berbahan dasar beras yang dimasak dengan cara direbus di dalam anyaman janur.

Kedua: Ketupat berasal dari kata kupat dan memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksud antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri). Selanjutnya isian beras pada ketupat dilambangkan sebagai hawa nafsu. Daun kelapa muda atau janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati (hati nurani). Jika digabungkan, ketupat memiliki arti manusia yang menahan nafsu dengan mengikuti hati nurani. Meski ketupat identik dengan tradisi lebaran, ternyata ketupat sudah digunakan sebagai upacara adat sejak zaman kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Ketupat juga digunakan sebagai upacara syukur pada tradisi Sekaten maupun Grebeg Maulud.

BeritaTerkait

Ketua Kewarppa tidak Tahu dan tidak Mau Tahu masalah Gratifikasi, Cecep minta Kang DS segera Lakukan Komunikasi

28 Mei 2023

Guru Besar Manajemen Pendidikan Singkap Tiga Nilai Edukasi dalam Wisuda

27 Mei 2023

Ketiga: Menurut beberapa sumber, konon yang mempelopori dan memperkenalkan ketupat kali pertama pada masyarakat Jawa adalah Sunan Kalijaga. Saat itu Sunan Kalijaga memperkenalkan budaya 2 kali Bakda, yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang waktunya dimulai seminggu setelah lebaran. Arti Kata Ketupat Di dalam masyarakat Jawa, ketupat ini memiliki filosofi dan makna khusus. Ketupat atau kupat merupakan singkatan dari Ngaku Lepat (mengakui kesalahan) dan Laku Papat (empat tindakan). ( https://galuhvirtual, 2022). Meski menjadi santapan Lebaran, Fadly tidak memungkiri, sejarah ketupat bisa jadi berasal dari zaman Hindu-Budha di Nusantara. “Secara tertulis dalam prasasti yang diteliti oleh para ahli, tak disebut secara spesifikasi merujuk ke ketupat, tetapi indikasi makanan beras yang dibungkus nyiur sudah dilakukan sebelum masa pra-Islam,” jelas Fadly. Pada zaman pra-Islam, bahan makanan nyiur dan beras dijadikan sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai makanan oleh masyarakat zaman itu. Adapun masyarakat di Bali hingga saat ini menggunakan ketupat dalam ritual ibadah.

Keempat: Berdasarkan informasi yang dilansir dari berbagai sumber, tradisi ketupat ini berawal dari penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga memperkenalkan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Sebagai informasi, Bakda Kupat merupakan budaya yang dimulai satu minggu setelah lebaran. Pada hari itu, banyak masyarakat yang menganyam dan mempersiapkan hidangan ketupat. Biasanya ketupat diantarkan kepada kerabat yang lebih tua sebagai simbol kebersamaan. Sunan Kalijaga membagikan ketupat sebagai sarana untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Ini menjadi pendekatan budaya oleh Sunan Kalijaga untuk mengajak orang Jawa memeluk agama Islam. Secara perlahan, tradisi ketupat ini menjadi melekat di Indonesia sebagai hidangan lebaran. (Suara.com –  2022).

Kelima: Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak pimpinan Raden Fatah awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna “kiblat papat lima pancer,” sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat. Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa. Dalam perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara sebagai hidangan utama saat lebaran.

Lebih lanjut, makanan ketupat tidak hanya ditemukan di Indonesia, melainkan ditemukan di kawasan Asia Tenggara lainnya, khususnya negara yang penduduknya ada dari Suku Melayu. Di negara-negara tersebut, ketupat juga dijadikan sebagai salah satu sajian Hari Raya Idul Fitri.

Namun, di Kecamatan Panawangan, ketupat tidak hanya ada saat hari raya saja. Kupat Panawangan bisa ditemukan kapan saja tak tergantung momen seperti hari raya. Ketupat di daerah Panawangan sudah jadi bagian tradisi. Bahkan jadi makanan yang resepnya diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Sudah puluhan tahun, pembuat ketupat di Panawangan mempertahankan makanan khas Ciamis ini. Lalu apa bedanya dengan ketupat pada umumnya? Ketupat dari Panawangan Ciamis ini punya rasa khas yang berbeda dibanding ketupat dari daerah lainnya. Rasanya gurih, kenyal, dan selalu membuat orang ketagihan. Yang jelas ketupat Lebaran mejadi barokah bagi para pengrjin kupat di Panawangan Ciamis Jawa Barat.

Wallahu A’lam Bishowab

*Editor: A.Rusdiana

Penulis:

Enah Sukaenah M.Pd. Pengelola Kelompok Belajar (KOBER) PKBM Trensa Bhakti. Guru Taman Kanak Trensa Bhakti. Cinyasag Panawangan Kab. Ciamis. Dosen pada Program Studi Pendidikan Usia Dini Sekolah Tinggi Agama Islan Putera Galuh Ciamis.

 

Tags: Ada ApaDengan KupatLebaranmakna Filosofis
Previous Post

Panglima TNI Sambut WNI Yang Dievakuasi Dari Sudan

Next Post

Babinsa Koramil 1710-05/Jila Laksanakan Komsos Di Wilayah Binaan

Related Posts

Edukasi

Ketua Kewarppa tidak Tahu dan tidak Mau Tahu masalah Gratifikasi, Cecep minta Kang DS segera Lakukan Komunikasi

28 Mei 2023
Edukasi

Guru Besar Manajemen Pendidikan Singkap Tiga Nilai Edukasi dalam Wisuda

27 Mei 2023
kompasiana.com
Edukasi

 3 Tips Cerdas dan Bijak Menyikapi Informasi di Era Teknologi Digital

26 Mei 2023
Edukasi

Popda Karate Sarana Peningkatan Kemampuan, Batosai: Transparansi Pembinaan Atlet Merupakan Awal Kesuksesan Prestasi

26 Mei 2023
Edukasi

Tingkatkan Standar Kompetensi Penyidik. Kapolres Sukabumi Arahkan Pelatihan Fungsi Teknis Reserse.

25 Mei 2023
13 calon rektor UIN SGD Bandung Deklarasikan Damai bersama./dok.phot hmsuinsgd
Edukasi

Ciptakan Situasi Kondusif, 13 CaRek UIN Bandung Deklarasi Damai Berbasis Akhlak Mulia

25 Mei 2023
Next Post

Babinsa Koramil 1710-05/Jila Laksanakan Komsos Di Wilayah Binaan

UCAPAN HARI RAYA IDUL FITRI-KOTA CIMAHI

HARI RAYA IDUL FITRI DPRD KAB BANDUNG 2023

HPN 2023 Kota Cimahi

HPN 2023 – KOPERTAIS WIL II JABAR

HPN DPRD KOTA CIMAHI 2023

BEDA Itu pilihan

SERIKAT MEDIA SIBER INDONESIA

  • TENTANG KAMI
  • REDAKSI
  • PEDOMAN MEDIA CYBER
  • DISCLAIMER

MFC - Bedanews.com © 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • News
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Ragam
  • Entertain
  • TNI-POLRI
  • Profil
  • Jurnal
  • BEDAtv

MFC - Bedanews.com © 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In