Oleh: Ahmad Rusdiana
Wisuda UIN Sunan Gunung Djati Bandung ke-86 kali ini mengusung tema “Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin” merupakan salah satu dari sekian banyak keteladanan yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati kepada murid dan atau pengikutnya.
Keteladanan secara leksikal bermaksud “Suatu hal yang perlu dicontoh”, meskipun demikian yang perlu dicontoh tersebut harus prilaku yang baik, bukan yang buruk-buruk. Sebagai seorang laki-laki, raja dan penyebar agama Islam, juga sebagai pendidik, tentu ada beberapa Keteladanan yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati. Paling tidak, keteladanan dari Sunan Gunung Jati yang perlu dicontoh oleh para wisudawan/i, menyangkut Empat aspek keteladanan, yaitu:
Pertama; Sunan Gunung Jati ketika menjadi seorang Raja adalah beliau tidak suka memperkaya diri, beliau lebih suka hidup sederhana, hal tersebut terbukti dari wasiatnya ketika sebelum meninggal yang berbunyi “Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin” yang maksudnya “Aku titipkan Mushala dan Fakir Miskin kepada Penggantiku” agar terus diurus dan disejahterakan. Dua wasiat yang ditururkan turun temurun itu merupakan pesan Sunun Gunung Jati yang cukup mudah dipahami dan mengena. Keduanya saling menguatkan. Pertama, selain mengingatkan masyarakat supaya menghidupi tempat ibadah dan majelis tempat menimba ilmu, juga mendorong golongan mampu untuk senantiasa memiliki empati dan kepedulian kepada fakir miskin atau kelompok lemah.