Bambang pun mengungkapkan alasannya tidak mau menjual domba-dombanya dalam skala lebih besar agar dapat menutup pengeluarannya, karena ia takut jika tidak bisa menyerap hasil singkong dari para petani di Desa Suren. Mengingat singkong merupakan komoditi pertanian utama warga di sana.
Kondisi itu juga diakuinya yang melatarbelakangi dirinya memilih melakukan budidaya domba di Desa Suren yang merupakan kampung halaman neneknya.
“Awalnya itu hasil singkong petani di sini dibeli murah oleh para pedagang-pedagang dari luar. Karena saya merasa kasihan, dari situ saya mencoba beternak domba dan membeli singkong-singkong dari petani dengan harga yang layak,” sebutnya.
“Saya ingat waktu itu tahun 2021, singkong dari petani dibeli seharga Rp 900, kemudian saya beli Rp 1.500, jadi ada selisih sekitar Rp 600,” sambungnya.