Beberapa korban menyatakan bahwa mereka mengalami sesak nafas, karena gas air mata dan terinjak-injak sehingga ada yang mengalami patah tulang. Sungguh miris, sepak bola katanya sebagai salah satu olah raga paling banyak penggemarnya, akan tetapi menimbulkan tragedi yang memilukan dan menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga yang menjadi korban kerusuhan tersebut.
Kerusuhan yang terjadi di Kanjuruhan jelas menampakkan pada kita semua bahwa olah raga sepak bola telah membentuk fanatisme golongan yang buruk dan hal ini terus berulang. Bahkan kerusuhan kali ini paling parah karena menimbulkan korban yang begitu banyak.
Olah raga sudah tidak lagi hanya olah raga saja, akan tetapi telah menjadi satu identitas yang meluapkan energi negatif seperti permusuhan, ashabiyyah atau fanatisme klub, rasis, diskriminatif, serta anarkisme.