Jadi, meskipun tidak ada hadits yang menyebutkan secara eksplisit frasa “kunjungilah orang yang beriman yang sesat untuk menasehatinya,”. Maka jika ingin memahami nomenklatur frasa naesehat tersebut harus ‘menjiwai’ lebih makna luas innama a’malu binniyah dan berkaca diri, tidak egosentis.
Kesimpulannya lagi lagi, seseorang sejatinya tahu diri siapa kita (pahit getir perjuangan), jangan terlalu over seolah sudah merasakan kesakitan *_”look like para ulama pejuang riil.”_*
Sehingga beberapa poin penting jo sub judul artikel, faktor amar maruf lagi lagi sudah disampaikan oleh Ustad AAB. Dan sisi manfaat dari sejarah sosiologi poltik dan hukum, kelak tiada lagi pembenaran atau pembelaan (justifikasi) bagi sosok pemimpin amoral, karena sang tokoh Ustad ABB adalah sosok utama ulama besar negeri ini selain HRS dan beberapa para tokoh ulama lainnya yang tercatat sudah mengamalkan prinsip-prinsip dasar Islam dalam hal memberi nasihat dan amar makruf nahi mungkar.