Dari sisi teknis, Tenaga Ahli BGN, Teguh Suparngadi, menekankan bahwa program MBG disusun berdasarkan prinsip pemenuhan gizi seimbang. Menurutnya, tantangan gizi di Indonesia masih beragam, sehingga program ini hadir sebagai solusi yang menitikberatkan pada kualitas makanan serta edukasi berkelanjutan.
“Program ini dibangun untuk menjawab tantangan gizi yang kompleks. Menu yang disusun harus memenuhi standar, sehingga manfaatnya bisa dirasakan secara nyata oleh masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Lurah Wonosobo Barat, S. Samiyo, menambahkan bahwa MBG tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga membuka ruang kolaborasi dengan pelaku usaha lokal.
“Program ini turut mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat karena melibatkan penyedia bahan pangan lokal. Selain meningkatkan kesehatan, ada nilai sosial dan ekonomi yang ikut tumbuh,” tuturnya











