Dan ketiga, poros Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, yang dibentuk Gerindra dengan PKB.
“Poros keempat sisanya adalah NasDem, Demokrat dengan PKS. Nah ini memungkinkan,” kata Ujang.
Arya Fernandes, peneliti CSIS menyebut, kelahiran KIB adalah inovasi yang membuat peta persaingan menuju 2024 semakin menarik. Dia mengapresiasi tekad KIB untuk menampilkan capres dari internal. Ia sependapat dengan Emanuel Melkiades Laka Lena bahwa, “perebutan kekuasan” pada 2024 akan jauh berbeda dengan sebelumnya.
“Kita semua setuju capres harus seseorang yang integritasnya tak diragukan lagi. Capres harus bicara soal isu-isu publik,” tegasnya.
Arya pun menyebut, tantangan ke depan yang lebih berat. “Ada perubahan landscape kebijakan ke depan. Di masa Jokowi kebijakan yang pro publik lebih dominan. Pasca 2024 landscape kebijakan harus berubah, karena berbagai krisis yang dampaknya juga kita terima, krisis pangan dan sebagainya,” katanya.