Ada banyak kelompok masyarakat yang selama ini berada dalam barisan oposisi terhadap pemerintahan mantan Presiden Jokowi. Harapan mereka terhadap perubahan dan sikap oposisi yang tegas tampaknya belum sepenuhnya terwujud.
Kedekatan yang terbangun antara Prabowo dan Jokowi bisa saja dinilai terlalu demonstratif dan kurang sensitif terhadap luka politik masa lalu yang belum sepenuhnya sembuh.
Dalam konteks ini, Presiden Prabowo dituntut untuk bersikap bijaksana dan strategis dalam mengelola harapan publik. Ia tidak hanya berperan sebagai pemimpin administratif, tetapi juga harus tampil sebagai figur pemersatu yang memahami dinamika emosional masyarakat serta mampu menjembatani beragam aspirasi yang ada.
Kepemimpinan yang inklusif menjadi kunci agar tidak muncul rasa keterasingan, terutama dari kelompok yang selama ini berada di luar lingkar kekuasaan. Simbol-simbol politik yang menyejukkan dan narasi yang merangkul perlu terus dikedepankan demi menjaga keseimbangan psikologis masyarakat.