Hitung-hitungan dan tidak tulus terhadap rakyat. Itulah kesan yang didapatkan dari pemerintah sekuler yang ada saat ini. Amanah yang diberikan tidak dilaksanakan secara profesional, bahkan cenderung mengabaikan suara rakyat. Kelakar komika Bintang Emon, “Suara rakyat hanya dibutuhkan lima tahun sekali, di luar itu suara rakyat dibungkam,” agaknya benar adanya. Inilah yang terlihat dengan suara rakyat yang berisi penolakan atas berbagai kebijakan pemerintah yang tidak populer. Masalah Upah Minimum yang menimbulkan polemik, misalnya.
Sikap pemerintah yang setengah hati menjalankan fungsinya bahkan terkesan cuci tangan atas apa yang dihadapi masyarakat khususnya buruh, setidaknya mengonfirmasi beberapa hal yakni; Pertama, kesalahan dalam memahami mekanisme pemenuhan kebutuhan individu rakyat; kedua: tidak jelasnya skema pembiayaan dan pemenuhan kebutuhan rakyat dalam kondisi tertentu seperti wabah dalam sistem sekuler kapitalisme saat ini, ketiga: kesalahan pandangan sistem kapitalisme dalam hal penetapan Upah Minimum.












