“Adab kepada guru adalah fondasi peradaban. Tanpa menghormati guru, kita kehilangan ruh dari ilmu. Ingat pepatah Jawa: Guru, ratu, wong tuwo karo,” ujarnya di hadapan peserta.
Lebih jauh, Hoerudin mengajak mahasiswa untuk mengakhiri dikotomi ilmu IPA dan IPS. Menurutnya, pengetahuan harus kembali pada akar sejarah Islam yang telah melahirkan banyak kontribusi besar.
“Algoritma yang hari ini kalian pakai berasal dari Al-Khawarizmi. Itu bukti bahwa ilmu adalah warisan ulama, bukan produk bebas nilai,” tegasnya.
Semangat motivasi yang ditularkan Hoerudin mendapat apresiasi dari peserta. Ia menegaskan bahwa Sosialisasi 4 Pilar MPR RI bukan hanya kewajiban formal, melainkan bagian dari upaya membangun peradaban bangsa melalui ruang akademik.
Rektor IAI Persis Bandung, Prof. Jajang, turut menambahkan bahwa Bandung memiliki sejarah panjang sebagai kota kosmopolitan Islam sejak abad ke-16. “Warisan sejarah itu harus menjadi inspirasi bagi generasi akademik untuk melahirkan gagasan peradaban ilmiah, spiritual, dan kebangsaan,” ungkapnya.