“Tapi tidak habis pikir ketika mendapat PIP (Program Indonesia Pintar) uangnya tidak pernah kita terima, kata anak saya ATM nya di pegang guru, waktu mengurus ke Bank anaknya di bawa, tapi nanti ATM itu sama guru termasuk uang nya, aneh, kadang bingung ke mana mengadu, sedih, rasanya hidup ini untuk orang miskin dan bodoh itu tidak mudah,” kata Dede heran.
“Mereka juga para Inohong yang pintar itu apa tidak merasa dholim? Bukankah kita itu harus bijaksana dan adil dalam hidup untuk lebih baik kemudian? Ini mah harus ngadunya ke Gubernur yang merakyat seperti Kang Dedi,” ucapnya optimis.
“Saya mah tidak akan lupa dengan Kang Dedi, merakyat, beliau pernah memborong jualan saya, ada Bala-bala, Tempe, Buras, Gehu, Pisang Goreng dan lainnya, kalau ketemu bisa tegur sapa biasa saja, duduk sejajar, tidak kaku seperti pejabat lainnya yang seolah jaga imej tapi kita sungkan untuk menyampaikan keluhan, terus terang belum menemukan orang pejabat seperti Kang Dedi,” jelasnya.











