Filsafat dan Etika: Manusia versus Mesin
Dalam pandangan filsafat, AI menimbulkan pertanyaan mendasar: jika mesin bisa berpikir, apa yang membedakan manusia dengan mesin? Jawabannya ada pada kesadaran, nilai, dan etika. Mesin bisa menghitung, tetapi tidak bisa merasakan. Mesin bisa memprediksi, tetapi tidak bisa memberi makna. Karena itu, filsuf kontemporer mengingatkan bahwa AI hanyalah instrumental reason, sebagai alat bantu rasional, bukan subjek otonom. Jika tidak berhati-hati, investasi AI bisa melahirkan dehumanisasi, bahwa manusia diperlakukan sekadar data, angka, dan algoritma. Di sinilah pentingnya AI ethics, yakni prinsip etika dalam menggunakan AI, agar teknologi tetap berpihak pada kemanusiaan. Tanpa etika, AI bisa menjadi bumerang. Bayangkan jika algoritma rekrutmen ternyata bias terhadap gender atau latar belakang tertentu. Atau jika robot perawatan kesehatan mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan empati. Investasi masa depan bukan hanya soal perangkat keras, tetapi juga soal menjaga kemanusiaan di tengah mesin.











