Roy diketahui publik sudah menjadi “korban politik” yang tidak sebanding dengan ganjaran hukuman yang seakan berperilaku kriminal dalam makna kriminal yang sebenarnya. Namun begitulah keadaan sebenarnya.
Sehingga mereka berdua yang tulen sarjana dari universitas yang dikenal “sebelumnya” mentereng dimata siswa siswa SMA di tanah air, sebagai wadah cita cita mereka untuk mendapatkan diploma.
Maka bisa diamati dengan akal sehat dan nurani, ketika disaat mereka tahu dan mengalami berdasarkan data empiris yang A-1 perihal kepribadian tokoh mantan penguasa yang digambarkan pola kepemimpinannya saat menjabat dan pasca berkuasa oleh masyarakat peselancar (netizen) di media sosial di segala jenis akun: X, FB, Tik tok, Youtube dan WAG bahkan warta warta diberbagai media publik menjadi cermin tentang perilaku sosok pribadi yang ternyata masih banyak “filial atau panjang tangannya untuk menyentuh siapa saja dan tetap mengakar radikal” dengan prinsip ‘siap membabi buta,” walau sudah beralih era pada kepemimpinan (now/kontemporer) dan sosoknya super radikal mendapat dukungan oleh grass root (lover) yang hanya tahu “pokoknya”.











