“Ada citizen jurnalizm, kadang-kadang bikin pusing, kalau pagi-pagi buka gadget, dapat berita judulnya bombastis, ketika dibaca tidak ada apa-apa, isinya sampah semua. Kita merasa kecewa, marah kepada siapa? Pulsa habis, waktu terbuang,” curhatnya.
Namun begitu, ia tetap merasa optimistis di tengah lautan informasi yang sebagian besar itu sampah ternyata masih ada secercah cahaya.
Sutarto memandang karya-karya para jurnalis yang memenangkan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2019 tidak hanya menarik dari segi judul tapi juga ulasannya inspiratif dan mendalam. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah karya Muhammad Amin bersama timnya dari Riau Pos berjudul “Bom Waktu di Lahan Gambut”.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia, Mirza Zulhadi berharap kualitas karya jurnalistik akan semakin meningkat dengan adanya penghargaan Adinegoro ini.