Bandung, Bedanews.com
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan digelar pada 27 November 2024 menjadi momen penting dalam sejarah demokrasi Indonesia. Tahapan yang diatur melalui PKPU Nomor 2 Tahun 2024 menunjukkan kesiapan bangsa ini untuk menghadapi era demokrasi yang semakin dinamis. Namun, Pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga menjadi sarana edukasi politik bagi masyarakat, khususnya Generasi Z, yang kelak akan memegang peran strategis dalam pembangunan bangsa. Di era Society 5.0, di mana teknologi berintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, tantangan utama adalah memastikan masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki kesadaran politik yang matang. Sayangnya, kurangnya pendidikan politik yang relevan untuk Generasi Z menciptakan GAP antara potensi mereka dan realisasi peran strategisnya. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menjawab empat pertanyaan utama terkait Pilkada serentak 2024: nilai edukasi politik, model pendidikan politik yang relevan, sosok pemimpin yang dibutuhkan, dan harapan bagi Indonesia Emas 2045. Mari kita elaborasi satu-persatu:
Pertama: Nilai Edukasi Politik dalam Pilkada Serentak 2024; Pilkada serentak adalah kesempatan besar untuk menggali nilai-nilai politik yang penting bagi masyarakat, khususnya Generasi Z.: 1) Partisipasi aktif: Pilkada mengajarkan pentingnya suara individu dalam menentukan masa depan daerah. Generasi Z diajak untuk memahami bahwa partisipasi aktif mereka dapat membawa perubahan; 2) Transparansi dan akuntabilitas: Dengan akses informasi yang luas, Generasi Z dapat belajar untuk menganalisis visi-misi kandidat dan mengawasi pelaksanaan janji kampanye; 3) Kesadaran sosial: Pilkada dapat menjadi media untuk memperkuat empati sosial, karena pemimpin yang dipilih akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Kedua: Model Pendidikan Politik untuk Generasi Z; Generasi Z adalah generasi digital-native yang membutuhkan pendekatan inovatif dalam pendidikan politik. Beberapa model yang relevan adalah: 1) Platform digital interaktif: Menggunakan media sosial, podcast, atau vlog untuk menyampaikan edukasi politik dengan cara yang menarik dan mudah diakses; 2) Simulasi demokrasi: Membuat program simulasi pemilihan atau debat kandidat di sekolah dan universitas untuk meningkatkan pemahaman praktik demokrasi; 3) Kampanye kreatif: Menggunakan infografik, video pendek, atau game edukasi untuk menyampaikan pesan politik yang kompleks dengan cara yang sederhana; 4) Kolaborasi dengan influencer: Menggandeng tokoh populer di media sosial untuk meningkatkan kesadaran politik di kalangan Gen Z.
Ketiga: Sosok Pemimpin yang Dibutuhkan di Era 5.0; Di era Society 5.0, pemimpin tidak hanya dituntut memiliki kemampuan teknokratis tetapi juga harus visioner dan adaptif terhadap perubahan global. Karakter pemimpin yang dibutuhkan antara lain: 1) Berorientasi pada inovasi: Pemimpin harus memahami perkembangan teknologi dan mampu mendorong inovasi di berbagai sektor; 2) Berintegritas tinggi: Sosok yang jujur, transparan, dan memiliki komitmen untuk mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya; 3) Mampu membangun kolaborasi: Pemimpin harus mampu bekerja sama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri, untuk memajukan daerahnya; 4) Berjiwa inklusif: Sosok yang mampu merangkul keberagaman dan mempromosikan kesetaraan di masyarakat; 5) Berwawasan global: Pemimpin yang memahami tantangan dan peluang global serta mampu mengadaptasi kebijakan lokal untuk bersaing di tingkat internasional.
Keempat: Harapan dengan Pilkada Serentak untuk Indonesia Emas 2045; Pilkada serentak ini tidak hanya menjadi sarana demokrasi, tetapi juga pilar menuju visi besar Indonesia Emas 2045. Harapan yang dapat diwujudkan meliputi: 1) Regenerasi kepemimpinan: Munculnya pemimpin muda yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman; 2) Penguatan demokrasi: Pilkada serentak dapat membangun budaya politik yang lebih matang, di mana masyarakat tidak hanya memilih tetapi juga mengawasi; 3) Pembangunan yang berkelanjutan: Pemimpin yang terpilih diharapkan mampu mewujudkan pembangunan yang tidak hanya bersifat fisik tetapi juga memperkuat modal sosial dan manusia; 4) Kemandirian teknologi: Dengan memilih pemimpin yang melek teknologi, Indonesia dapat mempercepat transformasi digital untuk mendukung Society 5.0; 5) Ketahanan nasional: Pemimpin yang visioner dapat mempersiapkan Indonesia untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, digitalisasi ekonomi, dan geopolitik.
Pilkada serentak 2024, adalah momentum penting untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat, khususnya Generasi Z, sebagai generasi yang akan memimpin Indonesia di masa depan. Dengan nilai-nilai partisipasi, transparansi, dan empati sosial, Pilkada dapat menjadi sarana pendidikan politik yang relevan dan transformatif. Untuk hal itu, insan pendidik seyoganya dapat dapat berupaya melalui beberapa hal berikut: 1) Kembangkan pendidikan politik berbasis teknologi: Manfaatkan media digital untuk menjangkau Generasi Z dengan cara yang kreatif dan interaktif; 2) Fasilitasi simulasi demokrasi: Dorong siswa untuk aktif dalam kegiatan simulasi pemilihan dan debat kandidat; 3) Tingkatkan literasi politik: Ajarkan siswa untuk memahami pentingnya partisipasi dalam demokrasi dan bagaimana memilih pemimpin yang tepat; 4) Kolaborasi dengan komunitas lokal: Libatkan sekolah dalam program pendidikan politik bersama pemerintah daerah dan komunitas masyarakat; 5) Promosikan pemimpin panutan: Gunakan tokoh masyarakat yang berintegritas untuk menginspirasi Generasi Z menjadi pemimpin masa depan.
Dengan pendidikan politik yang inovatif dan relevan, Pilkada serentak 2024 dapat menjadi tonggak awal menuju Indonesia yang lebih cerdas, inovatif, dan siap menghadapi tantangan era global di 2045. Generasi Z, mari ambil peran!***