Indonesia, sebagai negara majemuk, memerlukan ruang dialog lintas iman yang terus dipelihara. Kunjungan Kardinal Suharyo ke Kemhan menunjukkan bahwa, perbedaan keyakinan bukanlah sekat, melainkan jembatan menuju kerja sama. Kolaborasi strategis seperti ini menumbuhkan rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat, sekaligus memperkuat benteng kebangsaan dari potensi konflik horizontal.
Momentum ini seharusnya menginspirasi kementerian lain dan para pemuka agama untuk membuka lebih banyak kanal komunikasi. Pertahanan bangsa tidak hanya dibangun dengan alutsista, tetapi juga melalui keteguhan nilai, kebersamaan dan kepedulian antarumat. Ketika tokoh agama berdiri sejajar dengan pemerintah dalam misi menjaga keutuhan bangsa, rasa aman dan damai akan semakin mengakar di hati rakyat.