Secara logis, sebagai pejabat baru, Purnaya seharusnya menunjukkan penghormatan terhadap aspirasi publik, bukan justru meremehkannya. Sebagai Menteri Keuangan yang baru dilantik, ia seharusnya mampu bersikap santun serta lebih rendah hati dalam merespons berbagai hal.
Dalam pernyataannya di Kementerian Keuangan, ia mengatakan: “Tapi pada dasarnya begini. Itu, kan, suara sebagian kecil rakyat kita. Kenapa? Mungkin sebagian merasa terganggu hidupnya masih kurang, ya.” Ucapan seperti ini jelas tergolong kurang bijak.
Alasan kurang bijak yakni, peryama, karena tuntutan 17+8 lahir dari proses panjang aksi massa yang memiliki legitimasi sosial. Kedua, karena seorang pejabat baru sepatutnya berterima kasih atas kepercayaan rakyat yang menjadi landasan perubahan. Maka, ketika ucapan itu dianggap arogan, publik wajar menilainya sebagai blunder politik yang harus segera diluruskan.










