Oleh: Muhammad Rofik Mualimin (Dosen STAI Yogyakarta/Pengasuh PP Latifah Mubarokiyah)
YOGYAKARTA || Bedanews.com – Pemukiman kumuh sering menjadi wajah yang “tersembunyi” dalam lanskap kota. Di balik riuh kemacetan dan gemerlap gedung pencakar langit, warga di pemukiman kumuh berjuang dalam sunyi—menyulap ketidakmampuan sistem menjadi rutinitas kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia, program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) telah dijalankan pemerintah sejak 2015–2019. Namun studi Saru Arifin (Journal Portal, 2017) menemukan, meskipun telah ada pengurangan fisik kawasan kumuh, tujuan nol kumuh tetap jauh dari kenyataan. Pendekatan yang terkotak-kotak tanpa kolaborasi antar-lembaga, malah mengabaikan akar masalah: kemiskinan, budaya, dan akses terhadap kesempatan.