Gradasi ketiga;Teks→konteks→teks yang meluas (enlarged text). Setelah kalam Tuhan/wahyu diinternalisasi oleh Nabi, kemudian dikomunikasikan (eksternalisasi) kepada masyarakat Arab, maka wahyu menjadi teks (lisan dan tulis). Sekali lagi, teks ini adalah bentuk respon wahyu terhadap problem sosial-kemasyarakatan yang berkembang pada saat itu. Selanjutnya, teks-teks al-Qur’an ditransmisikan, dibaca, dipelajari dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk diamalkan atau diaktualisasikan dalam situasi yang konkrit. Dalam konteks ini, teks wahyu telah mengalami perkembangan karena ia dibaca dan diberikan tafsir dengan cara/metode yang berbeda-beda untuk kepentingan dan situasi historis yang berbeda pula.
Gradasi keempat; Teks→korpus yang tertutup. Setelah wafatnya Nabi, al-Qur’an diyakini bersifat final. Tetapi menurut Saeed, aspek-aspek tertentu dari pewahyuan yang bersifat nonprofetis, nonkebahasaan dan nontekstual akan terus berlangsung. Hal ini terkait dengan eksternalisasi teks yang akan terus dilakukan oleh setiap generasi. Pemahaman dan penafsiran terhadap al-Qur’an akan terus dilakukan oleh setiap generasi sesuai dengan tantangan aktual yang dihadapi. Petunjuk ilahiah (ilham) juga akan terus berlangsung dalam setiap zaman ditujukan kepada mereka yang mempunyai kesadaran ilahiyah dan kesadaran moralitas (manusia yang bertakwa).












