Gradasi pertama; Tuhan→lawh al-mahfuz→langit dunia→ malaikat Jibril. Pada gradasi ini kalam Tuhan berada pada dunia ghaib, tidak bisa dijangkau oleh penalaran manusia.
Gradasi kedua; Malaikat Jibril→pikiran Nabi Muhammad→eksternalisasi→konteks sosio-historis. Pada gradasi ini pewahyuan memasuki dunia fisik. Pewahyuan pada gradasi ini berlangsung dalam bentuk yang bisa dipahami manusia. Proses pewahyuan memanfaatkan bahasa masyarakat sasaran, yakni bahasa Arab sehingga pesan wahyu bisa dipahami. Tidak saja pada persoalan bahasa sebagai alat komunikasi, subtansi wahyu juga merujuk pada problem kemanusiaan pada saat wahyu diturunkan. Subtansi ini tidak terlepas dari misi dan kepentingan Nabi dalam melakukan reformasi sosio-budaya dan keagamaan.