Gagasan Saeed tentang penafsiran kontekstual. Ini untuk menguatkan bagaimana intensitas interaksi antara al-Qur’an dan pengalaman kemanusiaan. Konsep penafsiran kontekstual Saeed dibangun dari keyakinan/paradigma dalam melihat wahyu. Saeed melihat ada keterkaitan kuat antara wahyu, Nabi, misi dakwah, dan konteks sosio-historis yang mengitari proses pewahyuan. Al-Quran adalah ciptaan Tuhan. Tetapi al-Quran harus bersentuhan dengan pengalaman empirik manusia. Al-Qur’an berkomunikasi dengan masyarakat manusia sebagai subyek penerima. Maka, al-Qur’an sesungguhnya adalah wujud transformasi kalam Tuhan menjadi bahasa yang bisa dipahami manusia.
Untuk melihat bagaimana al-Qur’an berinteraksi dengan manusia, Saeed menjelaskan empat gradasi pewahyuan. Empat gradasi ini cukup menunjukkan bagaimana al-Qur’an berinteraksi dan berkomunikasi dengan pengalaman empirik manusia. Diantaranya: