Nasr Hamid Abu Zaid menyebutnya sebagai peradaban teks. Karena menjadi poros kehidupan dan peradaban, bagaimana umat Islam berinteraksi dengan al-Qur’an menjadi sangat penting. Karena itu persoalan utamanya adalah pada bagaimana sikap dan model komunikasi umat Islam dengan al-Qur’an.
Yang menjadi persoalan, Kenapa kebanyakan interaksi tersebut tidak/kurang produktif karena lebih banyak bercorak normatif-harfiyah daripada bercorak kontekstual?. Merujuk pada pandangan Abdullah Saeed, umat Islam terlalu menarik demarkasi yang kuat antara kalam Tuhan dan kalam manusia. Sejatinya umat Islam meyakini teks dan naskah kitab suci sangat terkait dengan rekaman tertulis wahyu yang diturunkan Tuhan kepada Rasul-Nya. Ia dinilai merepresentasikan kalam Tuhan secara harfiyah. Wahyu dan naskah adalah identik. Akibat lebih jauh, umat Islam cenderung proteksif terhadap otentisitas al-qur’an, alih-alih melakukan kontekstualisasi dan pribumisasi dengan berbagai pendekatan yang diperlukan.