Namun ironisnya, atas nama toleransi beragama, masyarakat justru diadu domba dengan dicekoki pemahaman Barat yang menyesatkan. Yakni moderasi beragama yang seolah manis kulitnya, padahal getir pada kenyataannya.
Pemahaman ini semakin digencarkan oleh pengusungnya. Apalagi di setiap bulan Desember mereka semakin semangat mengampanyekan isu toleransi yang kebablasan ini. Dimana ketika masyarakat yang beragama Nasrani merayakan hari raya mereka, kaum muslim pun dianjurkan untuk ikut memeriahkannya dengan mengucap Selamat Natal kepada kaum Kristiani. Inilah fakta miris dianutnya prinsip pluralisme dan sinkretisme.
Sesungguhnya secara garis besar, pemahaman moderasi beragama adalah paham keagamaan moderat yang sering dilawankan dengan radikal. Kedua istilah ini bukanlah istilah ilmiah, tetapi cenderung istilah politis yang memiliki tujuan tertentu. Yaitu mengungkapkan yang bohong, menzahirkan yang palsu, dan menyembunyikan yang benar.