Pesan Kedua: Dapatkan Manisnya Iman
adalah Rasulullah yang menjelaskan tentang sifat-sifat orang beriman yang telah mengecap manisnya keimanan, kelapangan dada, menikmati setiap bentuk ketaatan dan kesanggupan untuk menanggung setiap derita di jalan Allah ‘azza wajalla. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SAW bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّا
Artinya: “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barang siapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Makna manisnya iman adalah kelezatan dalam melakukan ketaatan dan berani menanggung beban berat ketika menjalankan agama, serta lebih mengutamakan agama daripada dunia. Cinta hamba kepada Allah dapat terwujud dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat atau kedurhakaan.” (Syarah Shahih Muslim, 2/13).