Oleh : A.Rusdiana
Pada Rabu, 27 November 2024, bangsa Indonesia baru saja melaksanakan Pilkada Serentak, sebuah momentum besar dalam demokrasi untuk memilih pemimpin baru yang akan mengemban amanah rakyat selama lima tahun ke depan. Pemilihan ini menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa untuk menciptakan pemerintahan yang adil, bijaksana, dan membawa kemajuan. Namun, pasca-pemilihan, seringkali muncul tantangan baru: bagaimana rakyat menyikapi hasilnya, dan bagaimana pemimpin terpilih menjalankan amanahnya. Secara teori, Islam menempatkan pemimpin sebagai pelayan umat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka.”
(HR. Muslim no. 1855).
Sayangnya, GAP yang sering terjadi adalah “banyaknya rakyat yang lebih memilih mencela atau bersikap pesimis terhadap pemimpin baru. Padahal, doa dan dukungan moral adalah langkah pertama yang sangat dianjurkan dalam Islam untuk memastikan keberhasilan kepemimpinan mereka.
Bagi generasi muda, terutama Gen Z, bahwa partisipasi mereka tidak berhenti di bilik suara. Dalam menghadapi era Society 5.0 dan menuju Indonesia Emas 2045, generasi muda harus menjadi agen perubahan yang mendukung pemimpin dengan doa, kritik membangun, dan kontribusi nyata bagi bangsa. Paling tidak, ada tiga sikap pembelajaran yang perlu diperhatikan pasca Pilkada Serentak, diantaranya:
Pertama: Mendoakan Pemimpin agar Memiliki Kasih Sayang terhadap Rakyat;
Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk mendoakan pemimpin agar memiliki kelembutan hati dan kasih sayang dalam mengurus rakyatnya:
“Siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia sayang pada umatku, maka sayangilah ia.” (HR. Muslim no. 1828).
Pemimpin yang penuh kasih sayang akan mampu membuat kebijakan yang memihak rakyat, mendorong kemajuan, dan memperhatikan kesejahteraan semua golongan. Gen Z dapat berkontribusi dengan: 1) Membuat gerakan sosial yang mendukung kebijakan pro-rakyat; 2) Aktif dalam dialog publik untuk menyampaikan aspirasi dengan cara yang santun dan konstruktif.
Dengan doa dan partisipasi aktif ini, generasi muda dapat membantu pemimpin menjadi sosok yang amanah dan adil.
Yang Kedua: Menyikapi Pemimpin yang Membuat Kesulitan bagi Rakyat;
Rasulullah Saw. juga memberikan ancaman terhadap pemimpin yang menyulitkan rakyatnya:
“Siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia membuat susah umatku, maka susahkanlah dia.” (HR. Muslim no. 1828).
Pesan ini mengandung makna penting bahwa pemimpin harus senantiasa introspeksi dan menjauhkan diri dari perilaku yang menyengsarakan rakyat. Sebagai rakyat, kita juga memiliki peran: 1) Memberikan kritik yang membangun kepada pemimpin yang dirasa menyimpang dari amanah; 2) Menjaga komunikasi yang baik dengan pemerintah melalui platform aspirasi, baik secara daring maupun langsung.
Gen Z dapat memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menyuarakan opini dengan cara yang etis dan berbasis data, bukan sekadar propaganda negatif.
Ketiga: Berperan Aktif dalam Membangun Bangsa di Era 5.0;
Doa adalah langkah awal, tetapi aksi nyata adalah kelanjutannya. Pemimpin yang baik membutuhkan rakyat yang aktif dan inovatif untuk membangun bangsa. Generasi muda, khususnya Gen Z, dapat berperan melalui: 1) Inovasi Teknologi: Menciptakan solusi berbasis teknologi untuk masalah sosial, seperti aplikasi penghubung layanan publik; 4) Kolaborasi dengan Pemerintah: Ikut serta dalam program-program pengembangan masyarakat, seperti kewirausahaan pemuda atau pemberdayaan desa. 3) Kepedulian terhadap Lingkungan: Mendukung kebijakan hijau dengan membangun komunitas peduli lingkungan. Bukankan Rasulullah pernah bersada:
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no: 3289).
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain.Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah SWT berfirman:
Arinya: “………Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri………” (QS. Al-Isra [17]:7).
Dalam era Society 5.0, sinergi antara pemimpin dan rakyat akan menjadi kunci utama dalam menciptakan Indonesia yang kompetitif secara global. Pemilihan kepala daerah yang baru adalah awal dari perjalanan panjang menuju Indonesia Emas 2045. Kita semua, terutama generasi muda, memiliki tanggung jawab untuk mendukung pemimpin yang terpilih dengan doa, kritik yang membangun, dan kontribusi nyata. Sebagai insan pendidik, guru memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai berikut kepada generasi muda:
- Doa untuk Pemimpin: Mengajarkan pentingnya mendoakan pemimpin agar memiliki kelembutan hati dan menjalankan amanah dengan adil.
- Partisipasi Aktif: Membimbing siswa untuk aktif dalam pembangunan bangsa, baik melalui inovasi, kolaborasi, maupun kegiatan sosial.
- Etika Berpendapat: Melatih generasi muda untuk menyampaikan aspirasi secara santun dan berbasis data, menjauhkan diri dari ujaran kebencian.
- Penguatan Nilai Agama: Menanamkan keimanan dan ketakwaan sebagai dasar dalam berperilaku di era yang penuh tantangan moral.
- Pemanfaatan Teknologi: Mendorong siswa untuk memanfaatkan teknologi secara positif untuk kemajuan bangsa.
Dengan kolaborasi antara pemimpin yang amanah dan rakyat yang aktif, kita dapat menghadapi era kompetitif 5.0 dengan penuh optimisme, membawa Indonesia menuju cita-cita besar di tahun 2045. Pemimpin Hebat, Generasi Muda Bangkit, Indonesia Kuat!
*Artikel merupakan esensi Khutbah Jumat, 29 Nopember 2024
*Penulis adalah Pakar Manajemen Pendidikan, Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al-Misbah kota Bandung dan YPI Tresna Bakti Kabupaten Ciamis.