Oleh Aat Surya Safaat
Jakarta – bedanews.com – “Bad news is a good news.” Ada pro-kontra terhadap adagium ini. Tapi memang ada pandangan umum dalam dunia pers, yakni bahwa berita buruk itu justru “menjual”. Semakin buruk, semakin bernilai (sebagai berita).
Namun, kecenderungan media yang memberi porsi lebih besar pada “berita buruk” belakangan banyak dipertanyakan. Betapa pun kabar buruk itu memang nyata, tetapi tidak sedikit yang cemas bahwa pemberitaan yang negatif bisa berdampak buruk bagi psikologi pembaca, apalagi di era media sosial saat ini, ketika berita hoax berseliweran seperti tak ada hentinya.
Di Indonesia, adagium “bad news is a good news” itu sendiri seperti mengikuti arah kebebasan pers yang berkembang sejak era Reformasi, sebagaimana ditandai banyaknya media massa yang menyiarkan berita sensasional dan tidak berdasarkan fakta serta berangkat dari isu yang tidak jelas sumbernya.












