Tentu saja, negara tidak diam. Laporan hukum langsung terbang meluncur ke Kepolisian. Beberapa orang mencapnya provokator. Tapi, hei, sejak kapan menyuarakan kejujuran dianggap makar? Kalau bertanya tentang keabsahan ijazah bisa bikin kamu masuk bui, berarti negara ini takut pada Google lebih dari takut pada rakyatnya.
Di media sosial, dr. Tifa bukan selebgram. Dia tidak jual skincare. Dia jual pikiran. Itu lebih mahal dari serum anti-aging. Setiap status yang dia tulis bisa membuat buzzer kerja lembur. Setiap video yang dia unggah bisa membuat staf khusus presiden mendadak buka kitab undang-undang. Dia bukan sekadar kritikus. Dia adalah Rock ‘n Roll intelektual di tengah konser lipsync politik.
Beberapa orang menyebutnya barisan sakit hati. Mungkin mereka benar. Tapi kalau hati yang sakit itu karena melihat rakyat dibodohi, hukum dijual kiloan dan ijazah jadi lelucon nasional, maka semoga lebih banyak yang ikut sakit. Karena dalam negara yang sehat, seharusnya rakyat tidak butuh jadi dokter hanya untuk paham bahwa sesuatu itu busuk.