Ketiga, publik bisa kehilangan teladan pemimpin yang ikhlas bekerja tanpa mengejar jabatan lebih tinggi. Ketika banyak pemimpin berlomba membangun citra untuk dua periode atau panggung nasional, sikap seperti Pramono semestinya menjadi inspirasi moral dalam etika politik.
Oke, itu dulu uraian mengenai untung dan rugi dari pernyataan Gubernur Pramono. Hal-hal yang lebih khusus dan mendalam—baik terkait dampaknya bagi Pramono sendiri, PDI Perjuangan, maupun masyarakat Jakarta dan rakyat Indonesia—akan saya sampaikan pada waktu yang tepat.
Pada akhirnya, pernyataan “tak tergiur nyapres” dan “hanya ingin menjabat Gubernur satu periode saja” menyimpan makna yang sangat dalam. Diperlukan kajian dan analisis yang lebih mendalam untuk menakarnya, agar masyarakat Jakarta dan rakyat Indonesia memperoleh gambaran utuh tentang pesan moral serta arah politik yang ingin disampaikan melalui sikap tersebut. ***