Tuduhan bahwa Pramono “anti-Islam” muncul akibat pernyataannya yang menekankan pentingnya keadilan bagi semua agama. Pernyataan ini dipelintir oleh kelompok tertentu dan dijadikan senjata untuk menyerangnya.
Pramono bahkan mengklarifikasi bahwa program “Magrib Mengaji” yang diusulkan kandidat lain sebenarnya sudah pernah diinisiasi oleh gubernur sebelumnya, Anies Baswedan, dan ia berniat melanjutkannya dengan nama “Happy Mengaji,” melibatkan lebih banyak lapisan masyarakat. Namun, fitnah tetap dilancarkan oleh pihak-pihak yang ingin merusak citranya.
Pramono, dengan latar belakang pendidikan agamanya, bahkan siap membuktikan kemampuan mengajinya jika diperlukan, memperlihatkan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar. Ia menegaskan bahwa politik agama tak boleh dijadikan alat untuk memecah belah masyarakat.











