FOTO BERSAMA-Kepala sekolah Jakarta Taipei School (JTS), Chang Chin Fu dan Direktur JTS, Song Pei-min berfoto bersama dengan peserta pemenang perlombaan. (Foto: Divisi Informasi TETO).
JAKARTA || Bedanews.com – Sekolah Jakarta Taipei School yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada pagi hari 26 Oktober 2024 menyelenggarakan Festival Budaya Aksara Tradisional 2024 dan Kompetisi Bahasa Mandarin “Yahua Cup” pertama.
Keterangan pers Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei (TETO) di Jakarta, Rabu (30/10/2024) menyebutkan, sebanyak 330 peserta mengikuti babak penyisihan, dan hanya 92 peserta yang maju ke babak final.
Kompetisi ini mencakup tiga kategori, yaitu “Pembacaan Puisi,” “Menceritakan Kisah Berdasarkan Gambar,” dan “Kaligrafi,” yang dibagi menjadi tiga jenjang : “Kelompok Kelas Rendah SD,” “Kelompok Kelas Tinggi SD,” dan “Kelompok sekolah menengah.”
Selain kompetisi, juga diadakan pameran karya-karya aksara Tionghoa dari berbagai tingkatan, seperti “Penanda Buku Aksara Tionghoa” dan “Buku Aksara Tionghoa,” yang memperlihatkan luasnya budaya aksara tradisional serta keindahan estetika dalam kehidupan.
Kepala Sekolah Jakarta Taipei School, Chang Chin Fu, mengatakan, “Kemampuan bahasa Mandarin siswa-siswa sekolah kami di daerah Jakarta, Indonesia, sangatlah luar biasa. Secara keseluruhan, tingkat bahasa Mandarin mereka adalah yang terbaik di wilayah Jakarta, dengan jam belajar yang tidak kalah dibandingkan di Taiwan, bahkan mampu bersaing dengan para siswa di Taiwan, terutama dalam hal pemahaman mendalam akan aksara tradisional.”
Tahun ini, kompetisi bahasa Mandarin diperluas dengan harapan dapat mengundang lebih banyak guru dan siswa untuk berpartisipasi, sehingga meningkatkan standar bahasa Mandarin di daerah Jakarta, dan di Indonesia secara keseluruhan.
Chen Yan, siswa kelas tiga, mengungkapkan sebelum mengikuti “Pembacaan Puisi”, “Saya tidak merasa tegang saat mengikuti Yahua Cup, malah merasa sangat senang.” Hal ini membuat para tamu yang hadir merasa sangat terkesan.
Orang tua murid, Pan Ziyu, menyampaikan, “Melihat anak yang tadinya menolak mengikuti kompetisi apa pun, sekarang bisa tampil percaya diri di atas panggung, membuat saya merasa sangat bangga.”
Setelah babak final yang menegangkan, upacara pemberian penghargaan pun langsung diadakan, yang dibuka dengan pertunjukan “Sichuan Opera Face Changing” yang menampilkan atraksi mengubah wajah.
Para tamu di bawah panggung menyaksikan dengan kagum saat wajah pemeran berubah dari sosok raja yang gagah menjadi badut yang menghibur, hingga pahlawan berwajah merah yang penuh loyalitas, menciptakan suasana upacara penghargaan yang ramai dan meriah. Semua ini mencerminkan keragaman dan inklusivitas budaya Tionghoa.
Sesuai dengan nama “Yahua Cup,” diharapkan bahasa Mandarin dapat semakin berkembang dan berbuah manis di Indonesia. (Red).