Lalu letak komparasinya terhadap dua historis peristiwa kasus hukum disertai kesadaran moralitas yang tinggi pada zaman kolonial hindia belanda dengan tempus tahun 1800 di negara asal ori penjajah, yang satunya tentang tingkat kesadaran hukum dan moralitias yang rendah, namun justru riil terjadi di abad modern di negara eks hindia belanda, saat dibuatnya artikel komparasi dan ilustratif pada Februari 2025, maka perbandingan kesadaran dan moralitas antara kedua bangsa ini Belanda di Benua Eropa (negeri asal penjajah) dengan bentuk negara kerajaan yang menganut imprealism dan negeri Indonesia (eks jajahan Belanda) dengan sistim negara republik dengan dasar negara pancasila sudah terjawab ketika selesai membaca artikel ini.
Maka siap-siaplah NKRI dipimpin oleh makhluk super anti adab dan putus urat moral saat zaman semakin canggih yang serba digital (era modern) dengan seorang sosok karakter lucu, yang menyandang julukan pupuler Fufu Fafa, maka andai cita-cita si Bocah Fufu Fafa lulusan SMP terbukti berhasil, tentu bangsa ini tidak perlu sesali, mesti terima takdir buruk, seburuk-buruknya nasib bangsa, hanya oleh sebab ratusan juta manusia larut dalam kebodohan serta “terkencing-kencing ketàkutan” untuk realistis turun nyata rame-rame mendukung para sosok aktivis berjuang melawan terhadap sekelompok kecil para maling (oligarki) yang telanjang mata di siang bolong merampok harta benda dan lautnya, lacur disaat yang sama justru sebagian elite-nya dengan jubah seolah “aktvis pejuang” sedang sibuk larut ancang-ancang mengelabui saudara-saudara kandungnya yang naif, serta merta para parasit benalu mendirikan partai baru, saat keran demokrasi tipu-tipu oleh segelintir yudikatif yang join (konspirasi) menjadi bagian dari kelompok para maling *_sungguh kejahatan raya oligarki yang akumulatif berhasil menciptkan karya gemilang alih isu politik ekonomi dan hukum kelas iblis_*.