Kini, keluarga Lutpi tengah berusaha menjual sawah dan kebun yang dimiliki sebagai bentuk ikhtiar untuk membiayai studi Lutpi.
“Abi keuyeung dugi ka ayeuna bade ngical sawah atanapi kebon namung acan aya hasil… urang ngadua we,” harap sang ayah.
Kisah Lutpi mendapat sorotan dan apresiasi dari Muhamad Aqshal Setyawan, penyandang cerebral palsy sekaligus alumni Universitas Perjuangan Tasikmalaya tahun 2024 dengan IPK 3,75.
“Selamat ya, belajar itu harus, pintar itu bonus. Buat Lutpi, teruslah berihtiar mencari ilmu tapi janganlah terlalu keras untuk belajar. Sejajarkan adab, etika dan ilmu,” ujar Aqshal.
Menurutnya, keberhasilan Lutpi adalah bukti bahwa akses pendidikan tinggi adalah hak semua warga negara, termasuk difabel.
Ia juga menyebut bahwa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) adalah salah satu kampus negeri terkemuka di Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan inklusif.