Seperti sebuah lagu. Realitas dunia terasa paradox dalam batas-batas wilayahnya. Alina dan Waters akhirnya hanyalah makhluk planet yang terpinggirkan dari kepentingan geopolitik dunia.
Kita mudah untuk menaruh empati pada korban kekerasan. Namun, kita tidak mudah untuk berbuat sesuatu demi hal tersebut. Alina pada kondisi mengalaminya secara langsung. Derita pada kesangsian membuat ia tersadar pada keterpinggirannya.
Lembaga resmi dunia seperti PBB atau lembaga-lembaga lainnya mungkin sebatas mengutuk. Waters mungkin bisa meradang lewat musiknya atau opininya yang lantang. Ia buat organisasi perlawanan. Tetapi tetap kepentingan politik manusia tidak bisa ditembus.
Dunia yang paradox seperti sebuah kutukan dari Tuhan. Segala upaya terasa absurd. Itulah sebabnya pada era 1970-an muncul semacam kebangkitan Spiritualitas Timur di Barat. Namun, pada masa yang sama itu tidak luput dari lahirnya gerakan anarkis seperti Gerakan Black September atau Munaẓẓamat Aylūl al-aswad yang didirikan pada 1970.