Tasikmalaya, Bedanews.com – Potensi kreatifitas para pelajar dari kalangan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kota Tasikmalaya sepertinya perlu terus dimaksimalkan.
Karena sebagian ABK yang jadi peserta didik di SLB dan tersebar di kota santri memiliki kreatifitas yang potensial untuk jadi bekal mereka untuk hidup mandiri kelak.
Malah sejumlah produk yang dihasilkan dengan bimbingan dari para guru, banyak diantara mereka yang menghasilkan kreasi yang layak bersaing dipasaran.
Beragam kreasi produk dari mulai kriya kayu, batik, hantaran, buket bunga dan lainnya sudah diproduksi dan terjual meski dalam jumlah terbatas. Hanya sejauh ini, belum ada terobosan dan langkah lebih dalam mendorongnya lebih berkembang.
Kepala Sekolah SLB Bahagia Kota Tasikmalaya, Ny Lia Anjasmara, S.Pd.mengatakan bahwa, potensi para ABK dalam hal kreatifitas jelas ada.
“Tetapi tentu harus ada dorongan yang lebih kuat dari setiap stakeholder dimanapun. Itu penting agar kelak para ABK bisa mandiri serta tak menjadi beban keluarga,” katanya, Selasa (04/10/2022).
Dalam kegiatan pembelajaran membatik yang digelar Akhir pekan lalu di SLB Bahagia misalnya, Lia melihat banyak talenta ABK yang memiliki bakat alami.
“Namun sentuhan kreatifitas tambahan masih sangat dibutuhkan, agar mereka mahir, memiliki motivasi tambahan untuk berkerja serta bisa membuat produk yang sesuai dengan keinginan pasar,” ungkapnya.
Menurut Lia, kegiatan membatik digelar karena selain dalam rangka hari batik nasional sekaligus seleksi penyaluran minat dan bakat peserta didik SLB Bahagia.
“Ternyata para pelajar yang punya bakat melukis punya potensi untuk menggeluti pembuatan batik tulis. Mereka justru menghasilkan motif batik yang unik,” tutur Lia.
Sidqi, pelajar tuna rungu yang sempat terpilih jadi juara 3 lomba “ngabatik” tingkat Jabar maupun Desiga, pelajar tuna daksa yang melukis batiknya dengan menggunakan kaki ternyata bisa mengkreasikan motif unik.
“Bila terus didorong, karya batik lukis mereka diyakini jadi incaran. Apalagi harga batik tulis memiliki nilai ekonomi tinggi,” pungkasnya. (Noer)