Perihal prinsip perjuangan yang inline dengan cita-cita bangsa dan negara (sesuai UUD. 45), harus di-sounding terus menerus dengan sabar dan sadar, agar mereka para penguasa eling. Lalu apa alasannya mereka menolak dan marah?
“Dan terhadap hal penting tentang kesabaran dan kesadaran terkait hakekat perjuangan dan filosofis-nya adalah semata-mata kehendak mulia, hanya ‘demi kemaslahatan kesejahteraan lahir dan batin ummat bangsa ini lintas SARA/Lintas golongan, dan *tentunya* butuh pembatas’ dengan kode huruf-huruf kapital serta digarisbawahi sebagai catatan sinyal important” bukan terus menerus menunggu kekuasaan “hilir mudik”.
Maka, demi terus melakukan perlawanan walau yang dilawan pada prinsipnya sudah tidak berkuasa, namun fakta masih mencengkeram melalui kuku-kuku tajam filialnya?