Tidak hanya untuk manusia, Ja’far juga tengah mengembangkan pengobatan herbal untuk hewan ternak di pelosok. “Ilmu yang tidak dibagikan, adalah ilmu yang mati. Saya ingin ilmu saya bermanfaat, bukan hanya untuk manusia, tapi juga bagi kehidupan,” katanya.
Ja’far momentum HUT ke-80 RI tahun 2025 juga terinspirasi oleh semangat Sumpah Pemuda dan sosok Presiden ke-3 RI, BJ Habibie. Ia bahkan telah diundang bertemu dengan Ilham Habibie, putra almarhum BJ Habibie, yang memuji prestasinya. “Kalau Pak Habibie berkarya di bidang teknologi pesawat, saya ingin meneruskan di bidang kesehatan,” ujarnya.
Namun kisah Ja’far bukanlah kisah sukses instan yang lahir dari kemudahan atau privilese. Ia pernah merasakan getirnya hidup yang tak semua orang sanggup menjalaninya. Sejak kecil, Ja’far harus bertahan dalam kemiskinan ekstrem. Ia hidup dengan serba kekurangan, bahkan harus membiayai sendiri sekolahnya sejak bangku dasar. Ketika melanjutkan kuliah, ia menjajakan roti keliling dengan sepeda usang. Kehidupan mahasiswa yang bagi sebagian orang diisi oleh buku dan kafe, bagi Ja’far justru diisi dengan berkeliling menjajakan dagangan dari gang ke gang. Suatu hari, dalam perjalanan menjajakan roti, ia ditabrak oleh orang mabuk. Sepeda ringsek, dagangan berserakan, tubuhnya luka. Tapi Ja’far tak menyerah. Ia memilih bangkit. Ia memilih tidur di emperan daripada berhenti kuliah