Namun meski dunia mengakui penemuannya, Ja’far tetap memilih jalan kerakyatan. Ia membuka klinik gratis bagi masyarakat tidak mampu mengobati baik ofline dan online.Klinik itu menjadi tempat ia membagikan obat hasil temuannya secara cuma-cuma. Tak ada biaya konsultasi, tak ada tarif pengobatan. Bagi Ja’far, ilmu bukan untuk dijual mahal, tapi untuk dibagikan. Sebab, “Ilmu yang tidak dibagikan adalah ilmu yang mati.”
Ia juga menyebut, peran besar Kapolri yang telah memberikan bantuan berupa alat laboratorium dan bahan penelitian sebanyak empat kali. “Kalau bukan karena Pak Kapolri, mungkin saya sudah tidak bisa lanjut kuliah. Bahkan mungkin saya sudah berhenti jadi peneliti,” ucapnya.
Beasiswa dari Kapolri dinilainya sebagai bentuk kepercayaan negara terhadap anak bangsa yang berjuang dari bawah. Bagi Ja’far, hal itu menjadi amanah untuk terus berkarya dan berkontribusi kepada masyarakat melalui ilmu pengetahuan.