Bandar Lampung – bedanews.com – Jelang pembangunan Masjid Raya Al-Bakrie, Bakrie Untuk Negeri dan Pemprov Lampung menyelenggarakan acara Groundbreaking
sekaligus penandatanganan batu prasasti pembangunannya, Senin (20/2/2023) pukul 11.00 WIB, di GOR Saburai, Kota Bandar Lampung.
Masjid Raya Al-Bakrie sendiri akan menjadi Masjid Raya pertama di Kota Bandar Lampung yang dapat menampung 12.000 jamaah dengan desain arsitektur yang
mempresentasikan beberapa filosofi Islam dan Kebudayaan Lampung.
Bangunan Masjid Raya Al-Bakrie akan berwarna putih, bersih, modern dan elegan dengan pusat bangunan kubah utama dan minaret sebagai objek tengaran.
Selain Ir. H. Aburizal Bakrie, orang yang mempelopori pembangunan Masjid Raya AlBakrie di Lampung, hadir mewakili Bakrie untuk Negeri bersama keluarga, acara ini juga turut dihadiri oleh pejabat setempat yang mendukung terlaksananya pembangunan masjid. Di antaranya adalah Gubernur Lampung, Ir. H. Arinal Djunaidi, serta Dr.
Samsudin, M.Pd, Staf Ahli Bidang Hukum Kemenpora, mewakili Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Prof. Dr. Zainudin Amali yang berhalangan hadir.
Diketahui, Masjid Raya yang akan berlokasi di GOR Saburai kota Bandar Lampung ini, memang sudah mendapatkan izin langsung dari Menteri Pemuda dan Olahraga dan mendapat dukungan penuh dari DPRD Lampung.
Acara Groundbreaking dibuka dengan pemutaran lagu Indonesia Raya, pembacaan ayat suci Al-Quran & Saritilawah, serta pembacaan laporan rencana pembangunan Masjid
Raya Al-Bakrie. Sebelum kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Ir. H. Aburizal Bakrie mewakili Bakrie Untuk Negeri, sambutan dari Gubernur Lampung, Ir. H. Arinal Djunaidi serta sambutan dari Staf Ahli Bidang Hukum Olahraga Kemenpora, Dr. Samsudin, M.Pd.
Dalam sambutannya, Ir. H. Aburizal Bakrie mengatakan, memang sejak lama memiliki niat untuk membangun Masjid yang bermanfaat bagi masyarakat Lampung yang
merupakan tempat kelahirannya. “Didirikannya Masjid Raya Al-Bakrie bertujuan untuk mewujudkan visi misi pertama dari Rakyat Lampung Berjaya, khususnya misi pertama
yaitu: Menciptakan kehidupan yang religius (agama), berbudaya, aman, dan damai,” ungkap Ir. H. Aburizal Bakrie.
Gubernur Lampung, Ir. H. Arinal Djunaidi dalam sambutannya menyatakan, keberadaan Masjid Raya Al-Bakrie pastinya kelak akan sangat membanggakan. “Perlu kita banggakan, tempat ini infrastruktur jalannya sudah layak sehingga tidak ada kemacetan, parkirnya sudah kita siapkan,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung semua proses pembangunan mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga nantinya Masjid Raya Al-Bakrie selesai dibangun.
Batu prasasti Masjid Raya Al-Bakrie pun resmi ditandatangani oleh Ir. H. Aburizal Bakrie (Bakrie untuk Negeri) & Ir. H. Arinal Djunaidi. Nantinya Batu
Prasasti ini akan menjadi sebuah tanda jadi peresmian yang diletakkan di lokasi Masjid Raya Al-Bakrie setelah rampung dibangun. Pembangunan Masjid Raya Al-Bakrie kiranya akan memakan waktu kurang lebih dua tahun.
Setelah sambutan dan proses penandatanganan batu prasasti selesai, tibalah pada inti acara, prosesi Groundbreaking. Pelaksanaan dan pengabadian prosesi Groundbreaking
dibagi menjadi dua bagian.
Pada prosesi pertama dilakukan oleh Ir. H. Aburizal Bakrie mewakili Bakrie untuk Negeri, Ir. H. Arinal Djunaidi sebagai Gubernur Lampung, serta beberapa orang pejabat kota setempat.
Kemudian prosesi kedua, dilakukan oleh Keluarga Besar Ir. H. Aburizal Bakrie yang turut hadir, di antaranya adalah Roosmania
Kusmulyono, Bangun Sarwito Kusmulyono, Nirwan Dermawan Bakrie, Ike Ratna Indira Nirwan Bakrie, Hendrajanto Marta Sakti, Indra Usmansjah Bakrie, Gaby Bakrie, Aninditha
Anestya Bakrie dan Ramadhania Ardiansyah Bakrie.
*KONSEP, FILOSOFI, IDE DASAR MASJID RAYA AL-BAKRIE*
Masjid Raya Al-Bakrie berkonsep perkotaan dibuat dengan struktur ruang terbuka yang menjadikan pelataran Masjid menyatu dengan ruang terbuka publik sehingga dapat digunakan oleh warga. Pelataran Masjid tersebut tidak hanya dapat menjadi wadah bagi masyarakat pada umumnya namun juga bagi anak-anak, warga lansia dan bagi anak
muda yang ingin berkreatifitas.
“Diharapkan dengan adanya kegiatan masyarakat pada area Masjid perencanaan dapat membangkitkan aktivitas yang positif untuk kawasan perkotaan sekitar Masjid Raya Al-Bakrie,” imbuhnya.
Bangunan Masjid Raya Al-Bakrie mempresentasikan beberapa filosofi Islam dan Kebudayaan Lampung, yakni:
1. Filosofi Islam Ummah
Dalam komunitas keagaaman, Ummah memiliki kombinasi dari arti bangsa, komunitas dan agama. Filosofi Islam Ummah diterjemahkan dalam bangunan, berbentuk menyediakan ruang yang bersifat universal yang dapat digunakan umat Islam dari seluruh lapisan masyarakat.
2. Filosofi Islam Ukhuwah Ukhuwwah Islâmiyyah merupakan konsep yang mengajarkan mengenai persaudaraan setiap muslim sejatinya adalah saudara bagi muslim lainnya dan ia
harus memandang muslim lainnya sebagai saudaranya, tanpa memandang latar belakang keturunannya atau mempertimbangkan hal lainnya. Filosofi tersebut diterjemahkan dalam bangunan berbentuk geometri sederhana pada fasade bangunan yang melengkung dan berulang. Geometri lengkung tersebut merupakan turunan persepsi atas lekukan Siger yang menjadi simbol penting bagi masyarakat Lampung.
3. Filosofi Tauhid.
Tauhid merupakan keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan. Filosofi ini diterjemahkan dalam bangunan berbentuk susunan massa bangunan yang meningkat dan meninggi mengarah ke kiblat. Untuk menegaskan keutamaan Allah SWT pada semua kegiatan umat islam yang dilakukan sehari-hari, minaret dilokasikan di area sisi arah kiblat.
4. Filosofi Local Wisdom Lampung.
Piil Pesenggiri merupakan pandangan hidup atau adat yang diterapkan oleh masyarakat Lampung dalam kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan istilah yang diterapkan sehari-hari orang Lampung:
● Juluk-Adek
Menjaga nama baik dalam wujud perilaku.
● Nemu-Nyimah
Rasa kepedulian sosial.
● Nengah-Nyampur
Musyawarah mufakat.
● Sakai Sambayan
Saling tolong menolong dan saling menghargai.
● Tittie-Gemattie
Sopan santun dan mengutamakan kebaikaN.
Pola budaya Lampung seperti kain tapis, bangunan ikonik, dan artefak juga diimplementasikan pada elemen arsitektural. Interior pada Masjid dibentuk dari beberapa pola gabungan berbagai corak dan tidak menggunakan elemen makhluk hidup. Untuk terbentuknya pencahayaan dan penghawaan yang alami di dalam area Masjid, digunakan pola panel fasade. (Red).