Menurut Muslim Arbi, ketegangan ini berpotensi berdampak pada stabilitas koalisi pendukung Prabowo-Gibran. “Demokrat bisa menggalang kekuatan agar Gibran dimakzulkan,” jelasnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa, politik Indonesia dinamis. Gestur dingin Gibran bisa saja hanya menjadi strategi sesaat untuk menunjukkan posisi tawar, yang kelak bisa mencair bila ada kesepakatan politik di belakang layar.
Muslim Arbi melihat, rivalitas Geng Solo vs Geng Pacitan punya akar sejarah yang lebih panjang. Sejak masa pemerintahan SBY, hubungan dengan kubu Jokowi, yang kini diperpanjang melalui Gibran, tidak selalu harmonis. “Pernah ada momen hangat, tetapi juga ada persaingan pengaruh, terutama dalam memperebutkan narasi pembangunan dan basis dukungan publik,” katanya.