Tidak hanya di masa lalu, relevansi gerakan Samin masih terasa hingga sekarang. Dalam Jurnal Sejarah Nusantara (Rahmawati, 2020, Vol. 6, No. 2, h. 88) disebutkan, prinsip perlawanan tanpa kekerasan ala Samin menginspirasi berbagai gerakan sosial kontemporer yang menuntut keadilan sosial dan lingkungan. Misalnya, komunitas adat dan petani kecil yang masih berjuang mempertahankan hak atas tanah dan sumber daya alam.
Namun, menariknya, gerakan Samin kerap disalahpahami atau dianggap sebagai kelompok eksentrik oleh pemerintah kolonial maupun beberapa kalangan akademik pada masa lalu. Hal ini diulas dalam buku Saminism: The Culture of Passive Resistance in Java karya Geertz (1960: 33), yang menyoroti bagaimana stereotip tersebut muncul karena kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai dan strategi perlawanan mereka.