Film ini mengangkat absurditas dari hal-hal yang begitu dekat dalam keseharian, namun jarang dibicarakan secara terbuka. Konflik utama bukan hadir dari dalam rumah tangga itu sendiri, melainkan dari luar: dari suara-suara lirih para tetangga yang membentuk tekanan sosial tak terlihat, namun nyata.
*Tetangga: Tokoh Tak Terlihat, Tapi Paling Berpengaruh*
Salah satu sudut pandang menarik yang diangkat oleh film ini adalah bagaimana sosok tetangga, yang tak memiliki peran utama dalam cerita, sebenarnya menjadi karakter paling menentukan dalam dinamika konflik pasangan Luki dan Murni.
Dalam masyarakat Indonesia, tetangga sering menjadi semacam “pengamat pasif” yang opininya bisa lebih menentukan dari anggota keluarga sendiri. Tetangga jadi seolah punya dua arti bagai cermin bagi setiap masyarakat Indonesia: tempat mematut diri dan berbangga atau malah menghadirkan rasa takut hingga trauma. “Kami ingin menggambarkan bagaimana tekanan sosial itu sering kali tidak datang dari orang yang kita cintai, tapi dari mereka yang bahkan tidak punya kedekatan emosional, tetapi karena kita hidup berdampingan, opini mereka menjadi begitu berpengaruh,” jelas Bayu Skak, sang sutradara melalui keterangannya, Jum’at (9/5).