Sebagai ibu kota provinsi, beban kota ini sangat besar. Kita tidak hanya berbicara soal budaya dan kreativitas, tetapi juga bagaimana daya dukung lingkungan bisa menopang perkembangan kota ini,” ujarnya.
“Budaya adalah cerminan karakter daerah. Tantangan kita adalah bagaimana menjaga keseimbangan ini agar tetap harmonis,” imbuhnya. Dalam perspektif Farhan, pembangunan kota yang harmonis tidak hanya mengandalkan kebijakan teknis, tetapi juga harus memperhitungkan faktor emosional dan spiritual.
“Membuat kebijakan publik jangan pernah mengesampingkan faktor emosi. Keimanan sangat penting, karena tanpa itu, kebijakan akan terasa kering dan sulit dijalankan dengan empati,” tuturnya.
Ia menegaskan, keimanan yang kuat akan menciptakan harmoni dalam masyarakat, dan dari harmonisasi ini lahir kreativitas serta inovasi. “Kreativitas itu muncul dari kestabilan. Jika keimanan dan harmoni sudah terbangun, maka masyarakat akan lebih mudah melahirkan inovasi yang lebih maju,” jelasnya.