“Selain dapat mendatangkan devisa yang besar, Smart Hospital juga dapat dijadikan sarana pendidikan, penelitian dan inovasi kesehatan. Untuk itu, kerjasama yang erat dengan perguruan tinggi kesehatan, asosiasi kesehatan, asosiasi dokter spesialis, dan start up kesehatan dalam negeri perlu pula dilakukan. Ini adalah untuk menjamin keberlanjutan dan ketahanan sistem kesehatan dalam era industri 4.0 dan masyarakat 5.0 di Indonesia,” kata Prof Eko.
Prof. Dr.-Ing. Eko Supriyanto, adalah pria kelahiran Demak, Indonesia. Ia lulus S1 Teknik Elektro dan S2 Teknik Biomedika terbaik (Cum Laude) dari Institut Teknologi Bandung, serta S3 Universitas Angkatan Bersenjata Jerman di Hamburg.
Eko memperoleh gelar profesor dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM) pada umur 30’an. Sejak tahun 2013 hingga 2017 beliau menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Jantung Nasional (IJN-UTM), Malaysia. Sebelumnya beliau adalah Ketua Departemen Ilmu Kedokteran UTM dan pendiri Fakultas Teknik Biomedika yang pertama di Malaysia, bahkan dunia. Beliau juga peneliti utama dalam perencanaan dan pengelolaan Smart Hospital Internasional, serta telah menulis buku pedoman perencanaan smart hospital dan perangkat lunak Smart Hospital. Saat ini beliau telah mendapatkan 40 penghargaan internasional diantaranya adalah Best of The Best Malaysia Innovator Award, The Most Creative Invention Award dari National Research Council Thailand, and Special Award dari Korea Selatan. Selain aktif dalam penelitian teknologi kedokteran, beliau juga aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan professional. (Red).











