Lebih dari itu, sebutnya, melestarikan batik juga dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk memahami dan menghargai nilai-nilai budaya lokal agar tidak punah.
Frieda menilai, meski dihadapkan dengan modernisasi, batik memiliki potensi besar untuk mendukung perekonomian lokal dan memperkuat perekonomian nasional.
Tak ketingggalan, Frieda pun mengajak semua kalangan agar gemar menggunakan batik dalam kegiatan sehari-hari.
“Memakai batik itu keren. Jadi, sudah tidak zamannya lagi menganggap batik itu kuno atau ketinggalan zaman. Apalagi sekarang batik telah mendunia,” ujarnya.
Sebagai informasi, Suharwedi dan Roikhul Jannah merupakan tokoh di balik lahirnya Batik Banaran. Sebelum dikenal sebagai perajin batik tulis, keduanya lebih dulu dikenal sebagai penggiat seni, khususnya di bidang seni rupa dan seni lukis. Kecintaan mereka terhadap seni menjadi dasar kuat dalam menciptakan motif batik yang khas dan bernilai tinggi. (Red).












