Dengan demikian, partai pengusung pun akan menimbang ulang pencalonannya sebagai presiden.
Untuk itu, mengedepankan etika sebagai panduan dalam gerak politik di tanah air sudah menjadi keharusan, karena masyarakat berhak mendapatkan calon terbaik, dengan melihat kepada rekam jejak yang telah dilakukan.
Masyarakat berhak mendapat informasi sehat dan mencerahkan, bukan info fitnah yang jauh dari fakta, seperti seperti yang pernah terjadi di kontestasi sebelumnya.
Fitnah dan macam-macam berita bohong, kerap berseliweran di berbagai platform media sosial yang tujuannya untuk menjatuhkan popularitas lawan.
Kampanye model itu sama sekali tidak sehat, dan tidak mencerdaskan, karena calon pemilih lebih banyak disuguhi berita-berita negatif, bukan program yang diajukan. “Yang jelas sangat ini dinamika politik (tahun 2022) sudah mulai terasa, khususnya terhadap calon-calon pemimpin yang mau bertarung di Pemilu 2024,” kata Ratno Sulistiyanto. (Red).