Sufmi Dasco Ahmad berada di spektrum itu. Ia tidak tampil untuk popularitas. Ia hadir untuk meredam gejolak, mengelola transisi dan memastikan bahwa hubungan antar elite tidak terputus di tengah perbedaan. Dalam situasi pasca-putusan Mahkamah Konstitusi, dalam isu amnesti Hasto Kristiyanto, atau dalam dinamika pemilu ke depan, Dasco mengambil posisi sebagai penyeimbang.
Haidar Alwi menyebut bahwa, inilah politik Agustus: politik tenang yang bersumber dari kematangan, bukan dari keramaian. Dan hanya sedikit orang yang mampu berada di posisi seperti itu tanpa kehilangan jati diri.
*Apresiasi Tanpa Seremonial, Pengakuan dari Realitas.*
Haidar Alwi menegaskan bahwa, pengakuan terhadap Sufmi Dasco Ahmad lahir dari pembacaan objektif atas situasi politik hari ini. Bukan dari rasa kagum yang dilebih-lebihkan, tapi dari fakta yang tak bisa disangkal: bahwa dalam banyak situasi sulit, Dasco hadir bukan untuk menambah panas, melainkan untuk menurunkan suhu.