Begitu ada pembukaan UMPTN lagi tahun 1997, aktivis OSIS ini pun mencoba peruntungannya dengan mendaftar. Namun kembali untuk kedua kalinya perempuan cerdas itu harus menelan pil pahit. Tidak lulus alias tidak diterima! Kandaslah harapannya.
Tidak berlama-lama tenggelam dalam kekecewaan, Dewi kembali memutuskan untuk bekerja, mencari pundi-pundi rupiah. Bermodalkan pengalaman 1 tahun bekerja di Jl. Pagarsih, remaja berusia 19 tahun itu diterima di perusahaan percetakan yang lebih besar dari sebelumnya. Selain letaknya di pusat kota yaitu di Jalan Banda, kemampuan Dewi dalam mendesain dan penyetingam makin terasah. Hasil kerjanya yang rapih dan bagus membuat konsumen puas. Tak ayal lagi banyak konsumen yang minta dilayani oleh Dewi dibanding teman-temannya.